18 Juni 2010

SOSOK


Kuamati wajah itu
dalam kepak burung kebebasannya
tak seperti dulu dirantai lugu
dendam angsa remaja menggenggam bulir-bulir harapan

Diteguhkannya benteng keberanian
menyiasati pancaroba
dipatahkannya gembok kesulitan
menapak dipematang kepastian

Kuamati wajah itu
pada tiang kekuatannya
tak seperti dulu dirantai lugu
gita yang menggebu

14 Juni 2010

GROUND ZERO

permukaan air tenang ..
pusaran arus dikedalamannya
menenggelamkan ....

diam mengisyaratkan ungkapan naif
batas absurd sejuta tanya
kebisuan rahasia ..

keniscayaan makna aniaya
sedingin pisau disayatkan
merajam rasa ..

simbah darah disekujur
luka-luka .. menganga ..
tak kan termaafkan ..

TAKEN

Seorang profesor filsafat atheis berbicara didepan kelas mengenai masalah pengetahuan tentang Allah Yang Mahakuasa.
Dia bertanya pada salah seorang siswa barunya, memintanya berdiri dan .....

Prof: Jadi kau percaya pada Tuhan?
Siswa: Absolutely, Sir.
Prof: Apakah Tuhan baik?
Siswa: Tentu.
Prof: Apakah Tuhan maha kuasa?
Siswa: Ya.
Prof: Saudaraku meninggal karena kanker, walaupun ia berdoa kepada Tuhan supaya menyembuhkan dia. Kebanyakan dari kita berusaha untuk membantu orang lain yang sedang sakit. Tetapi Tuhan tidak. Bagaimana Allah dianggap baik ? Hmm?

(Mahasiswa diam.)
Prof: kamu tidak dapat menjawab, bagaimana nak? Mari kita mulai lagi anak muda. Apakah Tuhan baik?
Siswa: Ya.
Prof: Apakah setan baik?
Siswa: tidak
Prof: darimana setan berasal?
Siswa: Dari ... Tuhan ...
Prof: Itu benar. Katakan nak, apakah ada kejahatan di dunia ini?
Siswa: Ya
Prof: Kejahatan ada di mana-mana bukan? Dan Tuhan memang membuat segalanya. Benar?
Siswa: Ya.
Prof: Jadi, siapa yang menciptakan kejahatan?
(Siswa tidak menjawab)
Prof: Apakah ada penyakit? Amoral? Kebencian? Keburukan? Semua hal-hal yang mengerikan ada di dunia bukan?
Siswa: Ya Pak.
Prof: Jadi, siapa yang menciptakan mereka?
Prof: Science mengatakan kamu memiliki 5 indra yang kau gunakan untuk mengidentifikasi dan mengamati dunia di sekitarmu. Katakan padaku, Nak ... Apakah kamu pernah melihat Allah?
Siswa: Tidak, Sir.
Prof: Katakan padaku jika kamu pernah mendengar Tuhan?
Siswa: Tidak, Sir.
Prof: Apakah kamu pernah merasa, Allah mu, mencicipi Allah mu, berbau Allah mu? Apakah kamu pernah memiliki persepsi indrawi Allah dalam hal ini?
Siswa: Tidak, Sir. Sayangnya aku tidak.
Prof: Namun kau masih percaya kepadaNya?
Siswa: Ya.
Prof: Secara empiris, dapat diuji, dibuktikan, ilmu pengetahuan mengatakan ALLAH mu tidak ada. Apa yang akan kau katakan dengan itu semua Nak?
Siswa: Tidak ada. Saya hanya memiliki iman.
Prof: Ya. Keyakinan. Dan itu adalah masalah ilmu pengetahuan.
Siswa: Professor, apakah ada yang namanya panas?
Prof: Ya.
Siswa: Dan apakah ada yang namanya dingin?
Prof: Ya.
Siswa: Tidak, Sir. Tidak.
(Ceramah teater menjadi sangat sunyi dengan adegan dialog ini.)
Siswa: Pak, Anda dapat memiliki panas, bahkan lebih panas, panas yang berlebihan, mega panas, panas membara, sedikit panas atau tidak panas. Tapi kita tidak punya apa-apa yang disebut dingin. Kita dapat mencapai 458 derajat di bawah nol yang tidak panas, tetapi kita tidak bisa melangkah lebih jauh setelah itu. Tidak ada yang namanya dingin. Dingin hanyalah kata yang kita gunakan untuk menggambarkan ketiadaan panas. Kita tidak bisa mengukur dingin. Panas adalah energi. Dingin bukanlah kebalikan dari panas, Sir, hanya ketiadaan itu.

(Ada pin-drop kuliah keheningan di teater.)
Siswa: Bagaimana dengan kegelapan, Profesor? Apakah ada sesuatu seperti kegelapan?
Prof: Ya. Apakah malam itu jika tidak ada kegelapan?
Siswa: Anda salah lagi, Sir. Kegelapan adalah ketiadaan sesuatu. Anda dapat memiliki cahaya redup, cahaya normal, cahaya terang, cahaya berkedip .... Namun, jika Anda tidak mempunyai cahaya secara konstan, Anda tidak memiliki apa-apa dan itu disebut kegelapan bukan? Pada kenyataannya tidak ada kegelapan.Bukankah Anda akan dapat membuat kegelapan jadi lebih gelap?
Prof: Jadi apa gunanya buat anda anak muda?
Siswa: Pak, maksudku adalah premis filosofi anda cacat.
Prof: cacat? Bisakah Anda menjelaskan?
Siswa: Pak, Anda bekerja pada premis dualitas. Anda berpendapat ada kehidupan dan kemudian ada kematian, Tuhan yang baik dan yang buruk Allah. Anda melihat konsep Tuhan sebagai sesuatu yang terbatas, sesuatu yang dapat kita ukur. Pak, sains bahkan tidak bisa menjelaskan pikiran. Menggunakan listrik dan magnet, tetapi tidak pernah melihat, apalagi dipahami sepenuhnya salah satu. Untuk melihat
kematian sebagai lawan dari kehidupan adalah mengabaikan fakta bahwa kematian tidak dapat eksis sebagai hal yang substantif. Kematian bukanlah lawan kehidupan: hanya ketiadaan itu. Sekarang katakan padaku Profesor, apakah Anda mengajarkan pada siswa Anda bahwa mereka berevolusi dari monyet?
Prof: Jika anda mengacu pada proses evolusi alami, ya, tentu saja saya lakukan.
Siswa: Apakah Anda pernah mengamati evolusi dengan matamu sendiri, Sir?
(Profesor menggelengkan kepalanya dengan senyum, mulai menyadari perubahan argumen yang terjadi.)

Siswa: Karena tidak ada seorang pun pernah mengamati proses evolusi bekerja dan bahkan tidak dapat membuktikan bahwa proses ini merupakan upaya terus-menerus, apakah kau tidak mengajarkan pendapat Anda, Sir? Apakah Anda bukan seorang ilmuwan melainkan pengkhotbah?
(Kelas menjadi gempar.)

Siswa: Apakah ada seseorang di kelas yang pernah melihat otak Profesor?
(Kelas pecah menjadi tawa.)
Siswa: Apakah ada seseorang di sini yang pernah mendengar otak Profesor, merasakannya, menyentuhnya atau menciumnya? Tak seorang pun tampaknya telah melakukannya. Jadi, menurut aturan yang telah ditetapkan empiris, stabil, protokol didemonstrasikan, sains mengatakan bahwa Anda tidak punya otak, Sir. Dengan segala hormat, Sir, bagaimana kita kemudian mempercayai kuliah Anda, Sir?
(Ruangan itu sunyi. Sang profesor menatap siswa, wajahnya sulit dipahami.)

Prof: Kurasa kau harus membawa mereka pada iman, Nak.
Siswa: Itu .. itu Sir ... Link antara manusia dengan Tuhan adalah KEYAKINAN. Itu saja yang membuat segala sesuatu selalu hidup.

(Diterjemahkan dari tautan Lita Nirmala: ''TAKEN'')

11 Juni 2010

TRIANGLE '85

Keindahan telah porak-poranda saat petang badai menerjang
bangkai menyengat diantara puing yang lama kita tinggalkan
diatas reruntuhan ini kau saksikan kekalahanku ?
ough .. kau biarkan sepi merajamku

IN MEMORIAM (SELASA, 23 FEBRUARI 2010)

Menghantar jenazahmu dalam balutan kafan sungkawa
ribuan pelayat beriring ke liang lahat
duka cita menyergap diujung prosesi pemakaman
gumam do'o-do'a .. gemuruh butiran tanah menutup jasadmu ...

Selamat jalan ...

Kuantar menyeberang

Kupandangi anak-anakku terlelap di malam senyap
Apa rencana Tuhan dengan anak-anak ini ?
saat kuantar mereka menyeberang
melintasi liku jalan terjal
menuruni lembah kesulitan
menyiasati danau harapan
Apa rencana Tuhan dengan anak-anak ini ?

Aksi Mengutuk Aksi, Siapa Dapat Apa

Saya tidak bermaksud untuk mengatakan bahwa ada keadilan di dunia
namun seseorang mengamati perubahan-perubahan pasang surut yang aneh
Kekerasan, satu-satunya yang menentukan aksi-aksi manusia, sesekali membuat loncatan yang tidak diharapkan
Langkah-langkah yang tak terduga akan mengganggu keseimbangan yang dianggap stabil
Dan permainan-permainannya, yang tidak pernah tanpa sesuatu ketentuan yang tersembunyi,
memperlihatkan lemparan-lemparan yang paling tidak diharapkan

Al-Humazah

Di pesanggrahan fana
tunduk pada perubahan
menariknya dalam ketiadaan
terbaring bisu
perlahan tanah melumatkan ragawi
menjemput keabadian

Ada teriakan penyesalan
getir penderitaan meninggalkannya dalam akar-akar ketakutan
asap pekat kelam mengurung jelaga siksa tak terbatas

Api neraka akan membakar mereka dari dalam dan kemudian mengaliir keluar,
percikan pertamanya akan menusuk hati. (QS. Al-Humazah: 6-7)

KONTEMPLASI SEJENAK

Mereka saling berlomba dan maju berkelompok-kelompok ke tujuan dan tempat pertemuan akhir kematian,
ketika urusan tertutup, dunia mati dan kebangkitan mendekat
Allah akan mengambil mereka dari sudut-sudut kubur, sarang-sarang burung, liang-liang binatang dan pusat-pusat kematian
Mereka bergegas memenuhi perintah-Nya ketempat yang telah ditetapkan untuk tempat kembalinya yang terakhir, kelompok demi kelompok, diam, berdiri dan berbaris-baris
Mereka berada dalam pandangan Allah Yang Maha Melihat dan akan mendengar yang memanggilnya
Mereka memakai busana tak berdaya dan baju penyerahan dan kerendahan
Tipu muslihat akan lenyap, hawa nafsu akan terputus, hati akan tenggelam diam-diam, suara-suara akan terpotong, keringat akan menyumbat kerongkongan, ketakutan akan meningkat, dan telinga akan berkumandang dengan suara-suara mengguntur dari penyeru yang memanggil kearah pengadilan terakhir, hadiah balasan, penjatuhan hukuman, dan pembayaran ganjaran

NYARIS LEPAS

menapak titian waktu benang panjang
ronta kedalaman dinding kepalaku telah senyap
bersemayam damai di peraduan nasib
dari dermaga ke dermaga .. tiap sauh yang terlempar
pengembaraan tak berujung ditempuh ..

tiang-tiang terakhir telah mendekat dan terus merapat
seutas nyawa.... yang nyaris lepas ......

G.E.T.I.R

Kabut..perlahan merayapi malam-malam mendendam
kelu di kebisuan temaram
angin mengoyak terburai dalam butir-butir gerimis mengiris
lara senyap tersembunyi.....

Di tepi pagi yang galau
terbungkus mendung kelam gulita
lorong-lorong kegetiran menyusup
alam terdiam....perih bersemayam..

Sajak untuk ' A N '

Menapak diatas hamparan kerikil tajam
ranting meranggas dibukit tandus
penghujan kemaren telah pergi
meninggalkanku dalam dekapan kemarau

matahari beberapa jengkal diatas kepala.....

pendakian melelahkan, menjemput tetes-tetes asa


penghujan kemaren telah pergi
meninggalkanku dalam dekapan kemarau

SEBUTIR PASIR

Bagai sebutir pasir yang terendam gelombang
kadang tersengat terik siang
dan angin menghempaskannya ..

Bagai pokok nyiur diantara batu karang
dibawah lintasn geledek yang menyalak
dan badai yang menerjang ..

Hidup memang berat !

GERAM

nyalak halilintar merobek kelam
menjilati tebing-tebing terbakar
langit diaduk amarah
gelombang laut geram ....

air anak-anak panah tumpah dari rongga langit
dan bumi menahan nafas
istighfar diketiak semesta

A J A L

Sang Perkasa telah hampir
menyelinap disudut rasa takut
dijulurkan jemari tangannya dari segala arah
menariknya hingga darahnya terhenti
dan .. mati ..

7 Juni 2010

OASE HALUSINASI

tak terjangkau oleh rengkuh
dikedalaman sumur halusinasi
dipadang luas sahara oase
pada kelopak-kelopak bintang redup sekian juta jarak ..

tak tergapai oleh kehendak
dibelantara palung gelap
dihamparan galaksi tak berpenghuni
dirongga ketakberdayaan ..

website counters

Silahkan masukkan alamat email anda untuk berlangganan artikel blog ini